Perayaan tahun baru ternyata bukan
sesuatu yang baru, bahkan ternyata itu adalah budaya yang sangat kuno,
bebarapa umat melakukan. Perayaan itu, diantaranya adalah hari raya
Nairuz, dalam kitab al Qomus. Nairuz adalah hari pertama dalam setahun,
dan itu adalah awal tahun matahari.
Orang-orang Madinah dahulu pernah
merayakannya sebelum kedatangan Rasulullah. Bila diteliti ternyata
ternyata itu adalah hari raya terbesarnya orang Persia bangsa Majusi
para penyembah api, dikatakan dalam sebagian referensi bahwa pencetus
pertamanya adalah salah satu raja-raja mereka yaitu yang bernama
Jamsyad.
Ketika Nabi datang ke Madinah beliau
mendapati mereka bersenang–senang merayakannya dengan berbagai
permainan, Nabi berkata: ‘Apa dua hari ini’, mereka menjawab, ‘Kami
biasa bermain-main padanya di masa jahiliyah’, maka Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْر
“Sesungguhnya Allah telah
menggantikan untuk kalian dua hari itu dengan yang lebih baik dari
keduanya yaitu hari raya Idul Adha dan Idul Fitri. [Shahih, HR Abu Dawud disahihkan oleh asy syaikh al Albani]
Para pensyarah hadits mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan dua hari yang sebelumnya mereka rayakan adalah hari
Nairuz dan hari Muhrojan [Mir’atul mafatih]
Di samping majusi, ternya orang-orang Yahudi juga punya kebiasaan merayakan awal tahun, sebagian sumber menyebutkan bahwa perayaan awal tahun termasuk hari raya Yahudi, mereka menyebutnya dengan Ra’su Haisya yang berarti hari raya di penghujung bulan, kedudukan hari raya ini dalam pandangan mereka semacam kedudukan hari raya Idul Adha bagi muslimin.
Di samping majusi, ternya orang-orang Yahudi juga punya kebiasaan merayakan awal tahun, sebagian sumber menyebutkan bahwa perayaan awal tahun termasuk hari raya Yahudi, mereka menyebutnya dengan Ra’su Haisya yang berarti hari raya di penghujung bulan, kedudukan hari raya ini dalam pandangan mereka semacam kedudukan hari raya Idul Adha bagi muslimin.
Lalu Nashrani mengikuti jejak Yahudi
sehingga mereka juga merayakan tahun baru. Dan mereka juga memiliki
kayakinan-keyakinan tertentu terkait dengan awal tahun ini. [Bida’
Hauliiyyah]
Tidak menutup kemungkinan masih ada
umat-umat lain yang juga merayakan awal tahun atau tahun baru,
sebagaimana disebutkan beberapa sumber. Yang jelas, siapa mereka?,
tentu, bukan muslimin, bahkan Majusi penyembah api nasrani penyemabah
Yesus dan Yahudi penyembah Uzair.
Jadi siapa yang anda ikuti dalam perayaan tahun baru ini?
Lebih dari itu, ternyata perayaan tahun
baru ini telah dihapus oleh Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam,
bukankah anda ingat hadits di atas?, Nabi menghapus perayaan Nairuz dan
Muhrojan dan mengganti dengan idul Fitri dan Adha.
Lalu, kenapa muslimin menghidup-hidupkan
sesuatu yang telah dimatikan Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam. Kata
Ibnu Taimiyyah, Allah Subhanahuwata’ala mengganti (Abdala) konsekwensi
dari kata Abdala (menggati) adalah benar-benarnya terhapus hari raya
yang dulu dan digantikan dengan penggatinya, karena tidak bisa
berkumpul antara yang menggati dan yang digantikan.
berkumpul antara yang menggati dan yang digantikan.
Tapi, kenyataannya justru tetap saja
umat ini merayakan tahun baru, melanggar sabda Rasulullah Shallahu
alaihi wa sallam, sungguh benar berita kenabian Rasulullah Shallahu
alaihi wa sallam
«
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ،
وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ
» .قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ، الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ «
فَمَنْ »
“Benar-benar kalian akan mengikuti jalan-jalan orang yang sebelum
kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga bila
mereka masuk ke lubang binatang dhob (semacam biawak), maka kalian juga
akan memasukinya. Kami berkata: Wahai Rasulullah Yahudi dan nashrani? Beliau berkata: Siapa lagi?.” [shahih, HR al Bukhori Muslim dan yang lain]Kaum muslimin…
Belum lagi, apa yang mereka lakukan dalam perayaan tahu baru? Bukankan berbagai kemungkaran yang sangat bertolak belakan dengan ajaran agama. Kalau anda dari jenis orang yang pobhi dengan ajaran agama, saya katakan, bukankah dalam acara itu banyak terjadi hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan, abad, sopan santun, kehormatan jiwa dan berbagai kemuliaan-kemualiaan yang lain.
Hampir semua atau semua yang terjadi
adalah kerendahan dan kehinaan martabat manusia apalagi martabat muslim.
Tentu kita semua, saya dan anda dan mereka, sebenarnya menyadari akan
hal itu, lalu kapan kita akan meninggalkannya, mengapa masih saja
memeriahkan acara tersebut, tidakkah kita kembali saja kepada kehormatan
kita dan kemulian kita serta tentunya ajaran agama kita.
Bersihkan dari bercak-bercak perayaan
tahun baru, joget, pentas musik yang identik dengan kerendahan moral,
minuman-minuman keras dan obat-obat terlarang, pembauran antara lawan
jenis yang merusak moral, sampai pada pesta hura-hura dengan pakaian
minim, pamer aurat, pacaran dan perzinaan, apakah kita menginkari
terjadinya hal itu?
Berbagai sumber berita menyebutkan bahwa
penjualan alat kontrasepsi baik kondom atau yang lain meningkat tajam
dari tahun ke tahun menjelang perayaan malam tahun baru. Miris,
kenyataan yang memperihatinkan, inikah moral bangsa kita, dimana susila
dan dimana ajaran agama? Bila anda seorang muslim
atau muslimah tidakkan takut dengan ancaman Allah Subhanahuwata’ala , Nabi shallahu alaihi asallam bersabda
atau muslimah tidakkan takut dengan ancaman Allah Subhanahuwata’ala , Nabi shallahu alaihi asallam bersabda
إذا ظهر الزنا و الربافي قرية فقد أحلوا بأنفسهم عذاب الله
”Tidaklah nampak pada sebuah daerah zina dan riba melainkan mereka telah menghalalkan adzab Allah untuk diri mereka” [Hasan, HR Abu Ya’la, al Hakim dan dihasankan oleh Asy Syaikh al Albani]
Juga, …
لم تظهر الفاحشة في قوم قط حتى يعلنوا بها إلا فشا فيهم الأوجاع التيلم تكن في أسلافهم
“Tidaklah tampak pada suatu kaumpun
perbuatan keji (zina, homoseks) sehingga mereka menampakkannya melainkan
akan menyebar ditengah-tengah mereka penyakit-penyakit yang tidak
pernah ada pada umat sebelumnya” [Shahih, HR al Baihaqi, disahihkan oleh Asy Syaikh al Albani]
Saudaraku muslim…Saudariku muslimah…Masihkan anda akan menodai diri anda….
Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah
Subhanahuwata’ala dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka),
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al Kitab kepadanya (Yahudi dan Nashrani), kemudian berlalulah
masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.[QS :al Hadid:16]
Ingat, liang lahat menunggu kita semua…
Wassalamu alaikum…
Penulis : Al Ustadz Qomar ZA, Lc.
www.salafy.or.id
Post a Comment